1. Mukadimah
2. Apa itu Syetan ?
3. Metode-Metode Syetan
4. Pintu-Pintu Syetan : Provokasi & Menyebarkan buruk sangka di tengah2 kaum muslimin.
5. Pintu-Pintu Syetan : Menghiasi Manusia Dengan Perbuatan Bid'ah
6. Pintu-Pintu Syetan : Memperbesar satu segi dari segi yang lain
7. Pintu-Pintu Syetan : Menunda-nunda Dan Membuat Tempo
8. Pintu-Pintu Syetan : Kesempurnaan Yang Semu
9. Pintu-Pintu Syetan : Tidak Mampu Mengukur Sesuatu Dengan Ukuran Yang Tepat
10. Pintu-Pintu Syetan : Keragu-raguan
11. Pintu-Pintu Syetan : Menakut-nakuti
12. Faktor-Faktor Yang Membantu Syetan Memainkan Perananya
13. Pengobatan Dari Penyakit Ini
Mukadimah
Segala puji hanya milik Alloh Tuhan semesta alam, kebahagiaan hanya untuk orang-orang yang takwa, kesejahteraan dan keselamatan semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad Shollallohu alaihi was sallam, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengambil petunjuk beliau sampai hari kiamat.
Di antara sekian banyak cobaan yang menimpa umat di jaman kita yang baruI ini adalah pola berfikir yang ada pada sebagian generasi muslimin. Mereka mengibarkan bendera pemikiran yang sebagiannya disandarkan kepada ilmu-ilmu Islam. Berusaha untuk mencocokan antara Islam dengan produk-produk filsafat modern ala Eropa dalam segi pemikiran maupun bidang-bidang ilmu (ilmu agama) dan penelitian. Hal ini telihat jelas dalam usaha-usaha mereka “ merasionalkan dalil-dalil syariah” menurut sangkaan dan pemahaman mereka, dengan menciptakan pengkaburan makna-makna Islami yang kejelasannya sudah terang dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka berusaha membelokkan arti yang sebenarnya kepada arti-arti yang rusak tanpa makna.
Usaha yang mereka lakukan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan stempel makna yang “rasional” pada dalil-dalil syariah yang sesuai dengan perkembangan jaman, juga agar diterima oleh akal-akal orang Eropa. Hal ini merupakan suatu kesalahan mendasar, salah satu bentuk dari “penyimpangan syar’i” serta penyimpangan dari metode ahlus sunnah wal jama’ah dalam berinterakasi dengan nash-nash wahyu. Di mana segi yang baru ini pada tataran kenyataan dakwah telah merugikan Islam beserta segala permasalahannya. Dan tidak sedikitpun manfaat yang dapat diambil dari pandangan mereka yang baru itu seperti yang mereka sangka sebelumnya. Sungguh telah jauh model penafsiran baru ini dari akal-akal Islam. Yang benar, sekarang tidak satu langkahpun akal orang-orang Eropa mampu mendekati ruang lingkup pembahasan wahyu ilahi dan Islam.
Di antara satu bentuk model penafsiran yang menyimpang ini (merasionalkan makna yang telah jelas dalam Al-Quran maupun As-Sunnah) adalah pembahasan tentang syetan dalam Al-Quran yang mulia. Di mana sebagian dari mereka secara tidak langsung mengingkari keberadaanya, dengan mengatakan bahwa syetan itu hanyalah sebuah symbol atau lambang dari “kekuatan jahat” sedang yang lain mengatakan syetan itu merupakan ungkapan tentang “bisikan-bisikan jiwa” dan ungkapan-ungkapan bid’ah dan pembelokan-pembelokan dari makna yang sebenarnya, yang semua itu tidak sesuai sama sekali dengan pembahasan-pembahasan dan pengertian-pengertian menurut Kitab Alloh dan dasar-dasar din.
Apa yang diharapkan dari model penafsiran yang menyimpang ini adalah agar kaum muslimin pada akhirnya tidak menerima keberadaan syetan, maka jadilah dalil-dalil yang jelas, seperti firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala:
[ إن الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدوا] الفاطر: 6
Artinya:
“ Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikannlah ia musuh (mu)” (QS. Al-Fahtir: 6)
Samar dan tidak bisa dipahami, dan bahaya yang paling besar adalah, pandangan bahwa ayat ini tidak menunjukkan adanya peran syetan yang sesungguhnya dalam perbuatan manusia, yang darinya (syetan) lahir ketergelinciran, kehancuran dan kemungkaran-kemungkaran.
Persepsi seorang muslim dengan adanya syetan (yang sesungguhnya) akan menimbulkan suatu “imajinasi pertarungan” antara dirinya dengan syetan, dimana hal ini memberikan rangsangan kuat yang membuatnya tegar menghadapi fitnah, syahwat dan keanekaragaman bentuk kebatilan. Namun apabila persepsi seperti ini hilang, maka hilanglah kenyataan makna pertarungan, hingga ia lemah sampai akhirnya lenyaplah kekuatannya dalam menghadapi berbagai macam tipu daya syetan.
Tulisan ini laksana air segar bagi kaum muslimin yang haus akan ilmu-ilmu agamanya, khususnya dalam meluruskan penyimpangan dan kesalahpahaman seputar masalah syetan dan sepak terjangnya. Memuat hal-hal mendasar guna menyadarkan kaum muslimin dari pintu-pintu masuknya syetan ke dalam jiwa mereka, juga keanekaragaman cara-cara syetan menyesatkan manusia sesuai dengan tabiat yang dimiliki oleh manusia, kekuatan iman, kadar ilmu, kebenarannya dalam beribadah dan lain-lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah ini. (semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala memberikan pahala kepada penulis).
Penulis (semoga Alloh merahmatinya) melalui tulisan ini berusaha mengungkapkan berbagai macam cara-cara masuknya syetan dalam mengoda manusia, menelaah hal-hal yang tersembunyi darinya, serta memberikan solusi untuk menutup pintu-pintu itu, dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dengan harapan kaum muslimin dapat mengambil manfaat darinya, dan dengannya pula jiwa kaum muslimin dapat terobati. Hanya Alloh pemberi hidayah dan taufik dan hanya kepada-Nya kita bergantung dan Dia-lah sebaik-baik penolong.
Apa itu Syetan?
Merupakan salah satu pembahasan penting dalam aqidah Islamiyah yaitu…apa itu syetan? Apa ia hakiki atau hanya kiasan belaka? Atau ia berupa pikiran-pikiran jelek dan bisikan-bisikan saja, seperti dugaan sebagian orang? Atau syetan itu adalah kuman –kuman seperti klaim sebagian orang? Atau syetan itu hanya sebuah symbol dari kejahatan, hingga kemudian kita tidak membahasnya?
Bagaimana aqidah (keyakinan) ahlus sunnah wal jama’ah dalam permasalahan ini? Aqidah kita, bahwa syetan itu adalah dari golongan jin. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
[ وإذ فلنا للملائكة اسجدوا لأدم فسجدوا إلا إبليس كان من الجن ففسق عن أمر ربه] الكهف: 50
Artinya:
“ Dan (ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya..” (QS. Al-Kahfi: 50)
Kita beriman (membenarkan) adanya jin dan manusia, dan syetan itu dari jin, dan ia bersama setiap manusia, setiap manusia bersama syetan. Dalilnya adalah sabda Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam dalam hadistnya yang mulia, yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud dan dikeluarkan oleh Imam Muslim:
[ ما منكم من أحد إلا وقد وكل قرينه من الجن، وقرينه من الملائكة...] وقالوا: وإياكم يا رسول الله ؟!
قال: وإياي، ولكن الله-عز وجل-أعانني عليه فلا يأمرني إلا بخير" وراه مسلم برقم:2814 في صفات المنافقين: باب تحريش الشيطان وبعثه سراياه لفتنة الناس
Artinya:
“ Tidak satupun dari kalian kecuali ada pendampingnya dari jin dan malaikat …” Para sahabat bertanya: Engkau juga ya Rosululloh? Beliau bersabda: “demikian juga dengan saya, akan tetapi Alloh SWT telah membantuku dengan menundukkannya, maka tidaklah ia menyuruhku kecuali dalam kebaikan” (HR. Muslim. No: 2814 dalam sifat orang-orang munafik, bab; hasutan dan diutusnya syetan sebagai ujian bagi manusia)
Dengan demikian maka setiap manusia mempunyai pendamping dari jin, demikian juga dengan Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam, akan tetapi pendamping Beliau telah ditundukkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala sehingga tidak menyuruh kecuali kebaikan. Alloh Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat yang lain berfirman:
[ قل أعوذ برب الناس. ملك الناس. إله الناس. من شر الوسواس الخناس. الذي يوسوس في صدور الناس. من الجنة والناس] سورة الناس: 1-6
Artinya:
“ Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai ) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang bersembunyi. Yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia” (QS. An-Naas: 1-6)
Kadang-kadang bisikan (kejahatan) itu berasal dari manusia yang berperangai buruk atau bisa juga datang dari jin, syetan dari golongan jin juga membisikan kejahatan kepada manusia. Syetan mempunyai keturunan dan berkembang-biak. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“ Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin”(QS. Al-Kahfi: 50)
Dalam kehidupan di dunia ini keturunan syetan dan pengikut-pengikutnya mereka berperan dan berusaha menggoda manusia agar terjerumus dalam perbuatan dosa.
Metode-Metode Syetan
Syetan memakai metode setahap demi setahap dalam menjerumuskan manusia, baik itu dalam arena dakwah maupun aktivitas yang ditempuh untuk menuju ke arahnya. Ibnul Qoyyim –semoga Alloh merahmatinya – telah menyebutkan 6 tahapan yang digunakan syetan dalam arena dakwah untuk menjerumuskan manusia. Tahapan-tahapan itu adalah:
Kufur dan Syirik
Syetan berusaha untuk menjadikan manusia kafir atau menyekutukan Alloh, dan apabila ia seorang muslim, maka syetan menurunkan targetnya ke tahap berikutnya.
Bid’ah
Syetan berusaha menjerumuskan manusia agar ia menjadi seorang mubtadi’ dan mempraktikkannya, namun apabila orang itu seorang yang berpegang teguh kepada sunnah, maka syetan menurunkan targetnya ke tahap berikutnya.
Dosa-dosa besar
Pada tahap ini syetan berusaha menggoda manusia agar ia melakukan dosa-dosa besar, namun apabila laki-laki itu telah dijaga oleh Alloh dari perbuatan-perbuatan itu mak syetan pun tidak putus asa.
Dosa-dosa kecil
Godaan pada tahap ini adalah agar seorang muslim terjebak dalam dosa-dosa kecil, dan apabila Alloh juga telah menjaganya dari perbuatan itu, maka syetan berusaha mencari cara lain.
Sibuk dengan perkara mubah
Taktik Syetan pada tingkatan ini adalah membuat manusia sibuk dengan perkara-perkara mubah (yang dibolehkan) sehingga banyak waktunya yang hilang, hingga ia tidak sempat sibuk dalam perkara-perkara yang lebih penting.
Sibuk dengan amalan utama
Tingkatan terendah dari godaan syetan pada manusia yaitu membuat orang sibuk dengan perkara-perkara utama dari pada sibuk dengan perkara-perkara yang lebih utama, atau menyibukkan dengan perbuatan baik tertentu daripada perbuatan yang lebih baik atau lebih bagus. Seperti membuat seseorang sibuk dengan amalan sunnah namun lalai dengan amalan wajib, atau bahkan meninggalkannya.
Syetan sangat bersemangat dalam da’wahnya, bertingkat-tingkat dalam setiap seruannya, adapun metode yang digunakannya maka ia menuntun manusia selangkah demi selangkah, seperti disebutkan dalan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala:
“ Makanlah dari rizki yang telah diberikan Alloh kepada kamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagi kamu”.(QS. Al-An’aam: 142)
Pada mulanya syetan berjalan dengan manusia setahap-demi setahap. Kemudian naik setingkat demi setingkap hingga sampai pada tujuan yang ingin dicapai, dan syetan menggoda manusia dengan menggunakan cara yang sesuai dengan keadaan orang itu,
menggoda orang zuhud dengan cara zuhud
menggoda orang pandai melalui pintu ilmu
demikian juga menggoda orang bodoh melalui pintu kebodohan
PINTU-PINTU SYETAN
Sesungguhnya pintu-pintu masuknya syetan pada diri manusia sangat banyak, sehingga sulit sekali untuk bisa menggumpulkan semuanya, akan tetapi akan kita sebutkan beberapa diantaranya yaitu:
Provokasi dan menyebarkan buruk sangka di tengah-tengah kaum muslimin
Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
[ إن إبليس قد يئس أن يعبده الصالحون...ولكن يسعى بينهم في التحريش] رواه مسلم (2812) في صفات المنافقين، باب تحريش الشيطان وبعثه سراياه لفتنة الناس
Artinya:
“ Sesungguhnya iblis telah putus asa, agar ia bisa disembah oleh orang-orang yang sholih, akan tetapi ia (tidak putus asa) untuk berusaha menyebarkan hasutan (di tengah-tengah mereka)”. (HR.Bukhori, no. 2812 di bagian: sifat-sifat orang munafik bab: hasutan syetan dan rahasia pengutusannya sebagai ujian bagi manusia)
Maksud hadist di atas adalah iblis berjalan di tengah-tengah kaum muslimin untuk menyebarkan pertengkaran, kebencian, kedengkian dan fitnah, dan menyibukan mereka dengan hal-hal itu. Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “ Syetan telah putus asa agar ia disembah oleh orang-orang sholih di dataran Arab”.
Buruk sangka biasanya datang dari syetan, mengenai hal ini ada hadist Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam yang diriwayatkan oleh Ummul Mu’minin Shofiah binti Huyai –semoga Alloh ridho kepadanya- beliau berkata:
“ Suatu ketika Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam sedang i’tikaf di masjid maka aku datang dan mengunjungi Beliau pada malam hari, aku bicara dengan Beliau kemudian aku berdiri untuk pulang ke rumahku, selanjutnya Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam berdiri untuk menemani aku pulang, tiba-tiba 2 orang laki-laki dari Anshor –semoga Alloh ridho kepada keduanya- lewat, ketika keduanya melihat Nabi Shollallohu alaihi was sallam mereka mempercepat langkahnya, segera Shollallohu alaihi was sallam bersabda: “Perlahanlah kalian berdua!, sesungguhnya ia adalah Shofiah binti Huyai”. Seketika keduanya berkata: Maha Suci Alloh yaa..Rosululloh….Maka bersabdalah Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam: “ Sesungguhnya syetan mengalir dalam diri anak Adam seperti mengalirnya darah, aku takut seandainya ia melemparkan kejelekan ke dalam hati kalian berdua, hingga menggatakan sesuatu” (HR. Bukhori; 4/240, masalah I’tikaf , Bab; “Apakah orang yang sedang I’tikaf boleh keluar sampai pintu masjid”)
Seorang laki-laki berjalan dengan seorang wanita pada malam hari, maka keadaan seperti ini sudah barang tentu menimbulkan keraguan dan buruk sangka, maka Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam ingin menghilangkan hal itu sehingga Beliau bersabda: “ Perlahanlah kalian berdua! ini adalah Shofiah”…dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa menjadi suatu keharusan apabila seseorang berada dalam keadaan yang memungkinkan timbulnya buruk sangka agar ia menjelaskan keadaan yang sebenarnya (baik itu dilihat atau didengar) sehingga tidak ada tempat untuk timbulnya buruk sangka.
Buruk sangka merupakan pintu syetan, ia menjadikan seseorang selalu mendengar perkataan hingga akhirnya ia uraikan dan pahami sekehendaknya, sedangkan setan mempunyai ambisi untuk menebarkan hasutan di tengah-tengah manusia, seperti yang disebutkan dalam hadist nabawi yang diriwayatkan oleh Sulaiman ibn Shirod – semoga Alloh ridho kepadanya- ia berkata: Suatu ketika aku duduk bersama Nabi Shollallohu alaihi was sallam dan dua orang laki-laki saling memaki hingga wajah salah satunya memerah dan urat-urat lehernya menonjol karena marah, maka Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam bersabda: Sesungguhnya saya mengetahui satu kata seandainya diucapkankan maka hilanglah apa yang menimpanya, seandainya ia berkata: aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk, maka hilanglah apa yang menimpanya (kemarahan)” (HR. Bukhori: 10/431 masalah Adab bab: waspada dari kemarahan)
Menghiasi manusia dengan perbuatan bid’ah
Syetan datang untuk menghiasi manusia dengan perbuatan bid’ah, ia mengatakan kepada manusia: “sesungguhnya manusia pada saat ini sudah jauh dengan agama mereka (Islam), dan sulit bagi mereka untuk kembali, alangkah baiknya jika kita mengerjakan sebagian jenis ibadah kemudian kita tambahi agar orang-orang itu mau kembali kepada agamanya”. Atau kadang-kadang syetan datang melalui ibadah yang jelas datangnya dari Nabi Shollallohu alaihi was sallam (sunnah) kemudian ia tambahkan, kemudian syetan datang dan mengatakan: “menambah untuk berbuat baik adalah baik, maka tambahkan!”.Hingga jadilah ibadah yang semula sunnah itu penuh dengan tambahan atau lebih tepat lagi ia berubah menjadi ibadah yang baru.
Kadang kala syetan datang kepada sebagian orang dan mengatakan: (Orang-orang sudah jauh sekali dari agama ini, mungkin kita bisa membuat hadist untuk menakut-nakuti mereka). Hingga mereka kemudian merekayasa hadist yang disandarkan kepada Rosul Shollallohu alaihi was sallam dan berkata: (kami berdusta akan tetapi kami tidak mendustai Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam, kami hanya mendustai mereka)
Mereka berdusta demi Rosululloh!! Membuat hadist palsu untuk menakut-nakuti manusia dari api neraka! Mereka menggambarkan neraka dengan gambaran yang aneh! Dan menggambarkan surga melalui cara yang aneh lainnya!. Kita mengetahui bahwa ibadah itu merupakan perkara tauqifiah (baku/paten) yaitu kita mengambilnya sebagaimana ia datang dari Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam, seperti yang Alloh Subhanahu wa Ta'ala datangkan kepada Beliau. Bukan hak kita untuk mendatangkannya dan menambahkan apalagi merubah semau kita, sesungguhnya ini adalah bid’ah yang diciptakan oleh syetan.
Memperbesar satu segi dari segi yang lain
1. Pada tingkat individu
Kadang-kadang seseorang banyak terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat, akan tetapi ia mengerjakan sholat sebagai alasan untuk melegalkan perbuatan dosanya. Sholat adalah tiang agama, dan ia merupakan perbuatan seseorang yang pertama kali akan dihitung pada hari kiamat, maka tidak mengapa melakukan beberapa dosa dan maksiat toh saya masih sholat! Demikian alasan yang ia kemukakan.
Ia menjadikan sholat segala-galanya dan meremehkan segi-segi lainnya, hal itu ia lakukan sebagai upaya justifikasi sedikitnya ia dalam ibadah-ibadah yang lain…maka ia memperbesar masalah sholat dan mengecilkan yang lain.
Memang benar bahwa sholat merupakan tiang agama, akan tetapi ia bukanlah seluruh din, maka datanglah syetan melegalisasi keterbatasan seseorang dalam beribadah.
Ada juga orang yang berkata : “ agama itu pergaulan” maka yang paling penting adalah bergaul dan berbuat baik sesama manusia, tidak mendustai mereka, tidak menipu mereka sekalipun tidak sholat maka tidak mengapa. Bukankah nabi Shollallohu alaihi was sallam telah bersabda: “ agama ini adalah muamalah”
Kadangkala seseorang mengatakan: “yang terpenting dari segala sesuatu adalah niat baik, tidak ada dalam hatiku dengki kepada seseorang dan marah kepada yang lain” Ia meninggalkan amal-amal sholih yang lainnya dan mengandalkan niat baiknya semata.
Pintu syetan yang lain adalah, ada sebagian orang yang mengutamakan belajar Al-Quran baik bacaan maupun tajwidnya…..ia sangat mengutamakannya lebih besar dari amal-amal yang lainnya hingga ia meninggalkan banyak hal karena ia hanya mengutamakan satu hal ini semata. Padahal sudah tidak diragukan lagi bahwa belajar Al-quran bukanlah satu-satunya dalam agama ini. Kesalahan yang terjadi di sini adalah bukan pada perhatiannya yang besar, akan tetapi dalam memperbesarnya sehingga ia mengecilkan arti ibadah penting yang lain.
2. Pada tingkat kelompok
Pintu syetan yang satu ini juga tampak menonjol pada tingkat kelompok, maka anda melihat trend yang sedang merebak pada kelompok-kelompok da’wah sekarang ini, mereka mengatakan:
Yang paling penting sekarang ini adalah kita mengetahui kenyataan kaum muslimin dan musuh-musuhnya. Terpenting pada saat sekarang ini adalah masalah politik, karena sekarang kita hidup di suatu jaman tertentu, bukan jaman kerohiban lagi.
Demikianlah Anda akan mendapatkan para pelaku trend ini mendalami betul masalah komunisme, sekulerisme, Zionisme, Ahmadiyah dll. Kemudian Anda Tanya mereka tentang Islam …maka mereka tidak mengetahuinya sama sekali.
Sebaliknya dari lawan di atas adalah, satu kelompok memperbesar-besarkan masalah-masalah ibadah (dengan mengecilkan masalah yang lain). Mereka mengatakan: yang paling penting adalah hubunganmu dengan Alloh, yang terpenting adalah sholat, atau engkau menjadi orang yang zuhud, takwa. Dan ia membuang seluruh masalah-masalah lain, mengenyampingkan selain masalah-masalah ruhiah.
Kadang-kadang yang lain mengatakan ( dan ini nyata adanya dalam medan da’wah Islam): yang paling penting adalah kesatuan barisan (persatuan). Alloh Ta’ala telah berfirman:
( واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا) آل عمران: 103
Artinya:
“ Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama)Alloh, dan janganlah kamu bercerai-berai (QS; Ali Imron: 103)
Mereka menjadikan hal ini di atas segalanya sekalipun di atas aqidah yang berbeda-beda. Mereka bersatu dengan manusia yang mempunyai aqidah dan keyakinan yang beraneka-ragam yang menyelisihi aqidah kita. Mereka beralasan bahwa hal yang paling penting adalah kita saling menerima, karena saat ini musuh-musuh kita sedang mengeroyok kita semua. Yang benar adalah kita bertemu di atas satu landasan, berpijak di atas satu agama, bukan bertemu di atas kegoncangan dan perbedaan aqidah.
Oleh karena itu keseimbangan sangat diperlukan dalam meletakan satu perkara dengan masalah yang lain. Adapun syetan, pada umumnya ia masuk melalui pintu memperbesar-besar satu masalah dengan meremehkan segi-segi yang lain.
Menunda-nunda dan Membuat Tempo
Diantara pintu-pintu syetan dalam menjerumuskan manusia adalah menunda-nunda, membuat tempo, serta panjang angan-angan. Orang biasa mengatakannya dengan hambatan besar atau penghalang. Sebagian orang memasang target (perkara tertentu) di depannya seperti layaknya sebuah rintangan, kemudian ia mengatakan: “ “Jika saya sudah selesai sekolah –insyaa Alloh – baru saya akan bertaubat”. Belajar ia jadikan sebagai penghalang baginya untuk bertaubat dari perbuatan dosa tertentu. Kemudian jika sudah selesai dari pendidikannya, kembali ia akan mengatakan: “Nanti jika saya sudah bekerja baru saya akan bertaubat”. Hingga akhirnya ia pun mendapat pekerjaan namun belum bertaubat juga dari perbuatan dosanya. Demikianlah ia akan mengatakan: “jika saya sudah pergi haji…, jika saya sudah menikah…., jika….jika….dan seterusnya demikian., selalu memasang target tertentu di depanya.
Maka orang hidup dengan target-target tertentu, berlalu bersama angan-angan hingga akhirnya ia meninggal dan belum memulai kehidupan yang sebenarnya. Sesungguhnya tujuan akhir yang diinginkan syetan terhadap dirimu adalah mencegah engkau dari berusaha, atau menundanya. Hal ini adalah pintu jebakan yang sangat berbahaya bagi orang-orang yang sholih.
Kadang-kadang syetan datang dan mengatakan kepada engkau…..”Saat ini kamu belum layak untuk mengajari orang-orang atau untuk menyeru mereka kepada kebenaran…..tunggulah sampai kamu pandai, kita diperintahkan untuk menyampaikan walaupun satu ayat, apabila kamu sudah belajar sesuatu maka ajarilah orang sekalipun hanya satu ayat”
Ibnu Jauzi mengatakan: dalam bukunya yang berjudul “Talbisu Iblis”: Berapa banyak orang yang mempunyai keinginan untuk bersungguh-sungguh, maka syetan menggodanya melalui bisikan untuk menunda-nunda keinginannya itu. Membuat orang itu mengatakan: “nanti saja”. Dan berapa banyak orang yang mempunyai kesungguhan dalam urusan kebaikan dibuat putus asa oleh syetan. Mungkin ada orang pandai yang ingin mengulangi pelajarannya, maka syetan-pun membisikan kepadanya: “Istirahatlah sebentar!”. Dan senantiasa syetan menumbuhkan kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan. Mungkin juga syetan masuk pada seorang hamba yang taat saat hendak sholat malam, kemudian membisikan kepadanya: “malam masih panjang”. Hingga akhirnya shubuh-pun datang dan ia tidak sholat.
Kesempurnaan yang Semu
Kadangkala seseorang merasa bahwa dirinya sempurna dan ini merupakan pintu syetan yang lain dalam menggoda manusia. Syetan mengatakankepadanya: “Kamu lebih baik dari yang lainnya, kamu sholat sedang yang lainnya banyak yang tidak sholat, kamu puasa sedang kebanyakan orang tidak puasa”. Maka syetan menjadikan engkau melihat ke bawah dalam urusan amal-amal kebaikan. Hal ini ia lakukan tidak lain hanya untuk membuat kamu putus asa dalam beramal sholih…ketika kamu melihat bahwa dirimu lebih baik dari yang lainnya.
Syetan akan mengatakan: “ Amal-amal perbuatanmu akan menolongmu”. Kemudian ia menjadikan engkau sibuk dengan perkara-perkara yang dibolehkan. “ Istirahatlah sebentar! Kamu sangat sibuk, kamu lebih baik dari yang lainnya…Demikianlah syetan membuatnya santai dan tidak bersungguh-sungguh dalam beramal sholih.
Adapun yang dituntut adalah sebaliknya; yaitu engkau melihat kepada seseorang yang amalannya lebih baik darimu. Dia puasa senin dan kamis sedang engkau tidak. Melihat kepada seseorang yang banyak mengerjakan amalan-amalan sunnah sedang engkau tidak. Inilah yang diinginkan darimu.
Tidak Mampu Mengukur Sesuatu dengan Ukuran Yang Tepat
Sesungguhnya syetan mempunyai 2 cara dalam memandang sesuatu:
Kagum Terhadap Diri Sendiri dan Arogan
Yaitu syetan mendorong manusia untuk kagum terhadap dirinya, hingga ia terkena penyakit sombong dan takabur. Syetan mengatakan kepadanya: “ Kamu sudah berbuat banyak, lihatlah dirimu, engkau berbuat demikian, engkau beramal demikian”. Hingga akhirnya manusia itu terperdaya dan menjadi sombong. Merendahkan dan meremehkan yang lainnya, menolak kebenaran, menolak untuk kembali dari kesalahannya, serta menolak untuk menimba ilmu dan belajar dari orang lain.
Saya telah memperhatikan di beberapa majelis ilmu bahwa sebagian orang ketika salah dalam membaca Al-Quran, seketika ia berhenti menimba ilmu dari majelis ini karena takut mendapat kesalahan di hadapan manusia, sampai akhirnya ia tidak belajar selama hidupnya. Padahal ia mampu untuk terus belajar hingga kesalahannya dapat diperbaiki.
Seandainya ia mau berpikir sejenak maka ia akan mengetahui bahwa orang yang bacaan Al-Quran-nya baik, dahulu pun ia sama seperti dia (bacaannya jelek). Tetapi kemudian ia belajar hingga bacaannya-pun bagus. Selama sifat ini dilindungi maka ia akan menemani seseorang sepanjang hidupnya. Pepatah mengatakan: “Ibarat bangkai yang dibungkus rapat, lambat-laun tercium juga” Demikianlah, hendaknya seseorang itu berusaha untuk melatih dirinya agar terlepas dari kebiasaan-kebiasaan buruknya, bukan malah menyembunyikannya.
Memandang Rendah Diri Sendiri
Di sini syetan akan mengatakan: “Kamu harus rendah diri, barang siapa yang rendah diri maka Alloh akan mengangkatnya, kamu belum layak untuk masalah ini, masalah ini hanya pantas untuk orang yang mumpuni”. Adapun maksud syetan di sini adalah menjauhkan engkau dari medan dakwah melalui pintu merendahkan diri. Syetan menjadikan engkau menghinakan dirimu sendiri, sampai pada tingkatan engkau tidak mampu untuk mengambil manfaat dan menggunakan kemampuan yang engkau miliki.
Setiap kita bertanggung-jawab terhadap kekuatan dan kemampuan yang kita miliki masing-masing, oleh karena itu harus digunakan, apabila tidak, maka kita akan ditanya tentang kemampuan yang kita miliki itu.
Ini bukanlah masalah merendahkan diri atau tawadhu’ akan tetapi lari dari tanggung jawab, dan berlepas diri dari menunaikan kewajiban. Akan tetapi syetan akan mengatakan kepadanya: “ Tinggalkan medan ini untuk orang yang lebih utama dari kamu, dakwah adalah amalan yang mulia, suatu perbuatan yang hanya pantas untuk orang-orang tertentu dan sedikit”. Maka syetan-pun datang dengan pemikiran yang mendukung hal ini. Kadang-kadang seseorang itu mengalami kesalahan di tengah-tengah tugasnya, dengan satu kesalahan ini ia pun memukul rata dan membuat kesimpulan bahwa dirinya tidak mampu. Generalisasi semacam ini adalah pintu dan perbuatan syetan.
Kadang-kadang syetan juga mendorong seseorang untuk menghinakan dirinya sendiri. Membuang akalnya sampai-sampai tidak mampu berpikir. Bertanya pada dirinya sendiri, siapa saya ini dibanding sang guru?. Siapa saya dibanding ulama ini?dan pertanyaan-pertanyaan sejenis ini. Ia membuang akalnya dan tidak berpikir kecuali dengan pikiran gurunya. Tidak berbuat kecuali apa yang dikatakan gurunya. Gurunya adalah yang paling benar, sedang orang lain salah semuanya. Maka dari sinilah awal dari pengagungan dan menganggap seseorang tanpa cacat, yang pada akhirnya akan membawa seseorang pada fanatik berlebihan.
Langkah yang benar adalah dengan kembali kepada syariat. Seseorang itu bagaimana-pun tinggi dan luas ilmunya mempunyai potensi untuk salah. Maka timbanglah seluruh ucapan manusia itu dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan sabda Rosul-Nya Shollallohu alaihi was sallam. Yang sesuai maka kita ambil, adapun yang menyelisihinya maka buanglah.
Keragu-raguan
Keragu-raguan merupakan pintu masuk syetan yang sangat berbahaya pada diri seseorang….akan tetapi bagaimana hal ini bisa terjadi?
Contoh untuk hal ini adalah; Ketika ada orang sholih yang berpegang teguh dengan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan-Nya terjun dalam dunia pendidikan dengan menempuh jalan yang lurus, maka syetan-pun datang pada orang itu dan membuat keragu-raguan tentang kebenaran jalan yang ditempuhnya.
Khususnya ketika orang yang sholih ini berjumpa dengan orang-orang yang jelek, orang-orang yang tidak berpegang teguh dengan syariat Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Maka syetan datang dengan bisikannya (Apakah semua orang itu masuk neraka, sedang kamu di surga? ).
Dan yang benar adalah, jangan anda jadikan jumlah banyak atau sedikit sebagai standar kebenaran dan kesalahan. Kebenaran adalah yang sesuai dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan sabda Nabi-Nya Shollallohu alaihi was sallam. Jama’ah yang benar itu bukan dinilai dari mayoritas akan tetapi jama’ah itu adalah yang cocok dengan kebenaran, …sekalipun engkau sendirian. Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
( وما أكثرالناس ولو حرصت بمؤمنين) يوسف: 103
Artinya:
“ Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman –walaupun kamu sangat menginginkan” (QS; yusuf: 103).
Salah seorang tabi’in Nua’im ibn Hammad –semoga Alloh ridho kepadanya- mengatakan: Sesungguhnya jama’ah itu adalah yang sejalan dengan ketaatan kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Dan apabila jamaah telah rusak maka hendaknya engkau bersama jama’ah sebelum rusaknya. Sekalipun engkau sendirian dalam kebenaran maka engkau adalah jamaah.
Dan diantara pintu-pintu syetan dalam membuat keragu-raguan adalah, meniupkan keragu-raguan dalam niat. Syetan membisikan kepada orang sholih: “ Kamu mencari ketenaran, ingin dipuji orang, kamu munafik, melakukan ini semua hanya karena manusia” . Semua bisikan-bisikan tujuannya hanyalah untuk melemahkan semangat dan meninggalkan amal kebaikan. Di antara contoh dalam masalah ini adalah; seorang laki-laki yang ingin bersedekah, orang-orangpun melihatnya. Maka iapun mengatakan: “ Jika mereka melihat, maka mereka akan menduga bahwa saya bersedekah hanya karena ingin dilihat orang, lebih baik saya tidak bersedekah”.
Kita memang diperintahkan untuk selalu memelihara dan meluruskan niat, sampai niat dalam ibadah itu ikhlas semata-mata karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Salah seorang tabiin Ibrohim ibn Adham –semoga Alloh ridhi kepadanya- mengatakan: “saya dapati 30 orang dari sahabat Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam semuanya merasa takut atas dirinya jika sampai beramal tanpa ikhlas”
Sesungguhnya seseorang itu dituntut untuk selalu mawas diri, akan tetapi bukan demikian caranya. Bukan dengan cara meninggalkan amal baik, akan tetapi mawas diri yang tepat adalah mawas diri yang menjadikan dirimu selalu berusaha untuk menambah amal kebaikan. Al-Harist ibn Qois –semoga Alloh ridho kepadanya- mengatakan: “ Apabila syetan datang kepadamu ketika engkau sedang sholat dan ia mengatakan, “ kamu mencari perhatian” maka panjangkan sholat”
Menakut-nakuti
Syetan mempunyai 2 cara untuk menakut-nakuti manusia:
a. Membuat Takut kepada Pembela dan Kawan –Kawan Syetan.
Syetan membuat takut manusia kepada pasukan, penolong dan kawan-kawan syetan dari kalangan pelaku maksiat dan orang-orang fasik. Syetan menghembuskan ucapannya ke dada dan berkata: “ Hati-hati kamu dengan mereka. Mereka mempunyai kekuatan yang besar, tinggalkan ketaatan kepada Alloh dan amal baik!
Mengenai hal ini Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
(إنما ذلكم الشيطان يخوف أولياءه فلا تخافوهم وخافون إن كنتم مؤمنين) آل عمران: 175
Artinya:
“ Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithon yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraish), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman) (QS; Ali Imron: 175)
b. Takut Kepada Kemiskinan
Mengenai hal ini Alloh Subhanahu wa Ta'ala talah berfirman:
(الشيطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء) سورة البقرة: 268
Artinya:
“ Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ….(QS; Al-Baqoroh: 268)
Syetan mengatakan kepada manusia….Kalau kamu tinggalkan pekerjaan ini, dimana kamu akan memperoleh pekerjaan lagi? Kamu akan menjadi sangat miskin. Hingga akhirnya seseorang takut menjadi miskin, hingga akhirnya berbuat yang haram. Seperti seseorang yang menghalalkan jual-beli minuman keras padahal ia seorang muslim. Pada sisi ini syetan telah mentertawakannya, padahal Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
( ومن يتق الله يجعله له مخرجا. ويرزقه من حيث لا يحتسب ) الطلاق : 2,3
Artinya:
“ Barang siapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS; Ath-Tholaq: 2-3)
Kita dapati juga orang yang mengambil riba takut menjadi miskin. Dia mengatakan: Bagaimana hidup saya? Orang-orang menjadi kaya sementara saya sendiri miskin?. Kadang-kadang syetan menghiasi kebatilan kepada para dai’ maka ia pun menghalalkan yang haram, dengan alasan demi kemaslahatan dakwah maka dibolehkan berdusta. Syetan menghiasi kebatilan seolah-olah ia adalah kebenaran, dengan alasan kemaslahatan dakwah menuntut hal itu. Kadangkala juga kita dapati sebagian orang-orang muslim atau para dai’ saling membuat sempit antara yang satu dengan yang lain. Seseorang menyinggung dan bergunjing tentang saudaranya yang lain. Memperlakukannya dengan perlakuan yang buruk, lebih jelek dari perlakuannya terhadap orang kafir, orang fasik atau orang fajir (banyak melakukan dosa).
Faktor –faktor yang membantu syetan Memainkan peranannya
Kebodohan Terhadap Syariat
Oleh karenanya syetan lebih takut kepada satu orang alim (berilmu) daripada 1000 orang ahli ibadah.
Hawa Nafsu, Kurang Ikhlas, dan Lemah Iman
Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
“ Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka. (QS; Shood: 82-83).
Lalai dan Tidak Waspada Terhadap Pintu-Pintu Masuknya Syetan
Pengobatan Dari Penyakit Ini
Sudah seharusnya kita untuk melihat sebab –sebab timbulnya penyakit ini, karena dengan mengetahui penyebab penyakitnya kita akan mengetahui bagaimana cara mengobatinya. Obat untuk menyembuhkan dari penyakit ini adalah:
Iman Kepada Alloh
Iman kepada Alloh adalah sebuah keharusan, demikian juga tawakkal hanya kepada-Nya. Alloh Ta’ala berfirman:
“ Sesungguhnya syetan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Alloh (QS; An-Nahl: 99)
Menuntut Ilmu Agama dari Sumber-Sumbernya yang Benar
Ikhlas dalam Agama Ini
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“ kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka”.
(QS; Al –Hijr: 40)
Umar Ibn Al-Khotob –semoga Alloh ridho kepada beliau- mengatakan: “ Tanyalah dirimu sendiri sebelum ditanya, dan timbanglah dirimu sendiri sebelum ditimbang, Sesungguhnya menghitung dirimu sendiri saat ini lebih ringan bagimu dari pada perhitungan di hari kelak”
Al-Hasan –semoga Alloh ridho kepadanya- mengatakan: “Tidaklah seorang muslim dijumpai kecuali ia menghitung dirinya sendiri, hai jiwa! apa yang akan kamu lakukan?, apa yang kau makan?, dan apa yang engkau minum? Adapun orang yang fajir ia berjalan terus ke depan tanpa pernah menghitung dirinya”
Mengingat Alloh Subhanahu wa Ta'ala, dan Berlindung Kepada-Nya dari Syetan yang Terkutuk.
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“ Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Alloh, Sesungguhnya Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS; Al-A’rof: 200)
Demikian juga membaca 3 surat terakhir dari Al-Quran Al-Karim mencegah dari syetan seperti yang disebutkan dalam hadist. Membaca ayat kursi (Surat Al-Baqoroh: 255), karena ayat Kursi menjaga dari godaan syetan dengan izin Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Diterjemahkan dari buku “ Madahilus Syaithon Alas Sholihin”
Friday, October 22, 2010
pintu pintu setan menggoda orang sholih
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment