Monday, May 24, 2010

Menggapai Mardhatillah

slam bukan hanya Agama rumus, bukan hanya agama pola dan formula.

Islam adalah Agama perjuangan, agama kesungguhan.

Menjadi seorang Muslim sekaligus menjadi pahlawan yang sanggup berjuang.

Seluruh ajaran Islam, segenap kalimat dan semangat dalam Al-Qur-an dan Hadits Nabi yang menjadi tafsir Al-Kitab itu, semuanya ada tali-temalinya dengan perjuangan, tidak ada yang lepas dari matarantai perjuangan.

Jika Islam bukanlah Agama perjuangan, tidak berhak ia menyatakan diri sebagai Agama yang terachir didunia, tidak berhak dia mengakui Agama yang paling sempurna untuk menjawab seluruh persoalan dunia dan kemanusiaan.

Seorang Muslim menyatakan keyakinan Tauhidnya, membahas upacara per’ibadahan Islam, pergaulan hidup Islam, perdamaian dan persaudaraan manusia, kerukunan antar bangsa, perluasan daerah, susunan masyarakat dan politik-kenegaraan, semuanya itu berhubungan langsung dengan perjuangan, tidak lagi yang lepas daripadanya.

Dikala cahaya fajar menyingsing diufuk Timur, ayam jantan berkokok memuja Tuhannya, segera menggema suara Bilal dari Masjid Nabawy. Gema adzan itu bersambung dari menara kemenara, disegala Masjid dan Mushala seluruh dunia.

Jutaan muadzin yang menyambung suara Bilal memanggil Ummat yang ber Iman.

Adzan dan panggilan itu dibuka dengan kalimat Takbir, Allahu Akbar (Allah Maha Besar), disusul dengan kalimat militan : Hayya ‘alal Falaah ! (Mari merebut Menang !).

Antara kalimat Takbir yang membuka adzan dengan kalimat Hayya ‘alal falaah yang menyusulnya, ada sesuatu yang tidak diucapkan, tapi terasa dalam jiwa daya dan adanya, ............ ialah perjuangan.

Perjuangan membela Kebesaran Tuhan, mempertahankan Keesaan Tuhan, perjuangan merebut dan menegakkan Kehidupan Menang didunia.

Allahu Akbar, laa ilaha illallaah !

Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan kecuali Dia !

Itu kalimat Tauhid !

Kalimat Tauhid itu yang telah mengikat dan menyusun uchuwwah dan jama’ah Islamiyah masa dahulu.

Kalimat Tauhid itu yang telah membentuk Quwwah Islamiyah, kekuatan Islam yang telah menggoncangkan kerajaan Persi dan Rumawi.

Atsarut Tauhid itu yang telah memancarkan kemampuan membangun dan menciptakan sesuatu yang berarti dalam dunia, karya dan jasa Ummat Islam.

Ruhut Tauhid itu yang telah melahirkan pahlawan dan perwira Islam pada abad pertama.

Ajaran Tauhid itu yang telah menuntun Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa dalam menunaikan risalah Tuhannya, menghadapi segala manusia dan segala kekuasaan yang menentang.

Kalimat dan semangat Tauhid itu yang telah mengendalikan Nabi Yang Terachir, Muhammad SAW, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali dalam perjuangan dan pertarungan keyakinan, menghadapi segala manusia dan segala kekuasaan yang hendak memusnahkan dia.

Allahu Akbar !

Dengan kalimat itu Mu’min dipanggil untuk menegakkan Shalat.

Dengan kalimat itu pula Mu’min memulai Shalatnya. Shalat yang dimulai dengan Takbir dan ditutup dengan Salaam (seruan damai dan sejahtera bagi seluruh isi alam)

Mu’min sadar, antara Takbir dan Salaam itu terbentang jalan perjuangan yang jauh, terbuka medan dan gelanggang perjuangan yang luas entah dimana tepinya.

Allahu Akbar !

Kalimat itu juga yang telah menggerakkan Ummat Islam Indonesia dalam Revolusi Agustus yang besar, mengurbankan apa saja yang dimilikinya untuk memenangkan perjuangan bangsa.

Puluhan kali kalimat itu dibaca dan diulang dikala adzan dan iqamat, diwaktu shalat dan dzikir; memperingatkan kepada Ummat Tauhid bahwa mereka adalah Ummat yang berjuang.

Berjuang membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan didunia. Berjuang melepaskan sijelata dari belenggu kezaliman. Berjuang menahan tangan sewenang-wenang dari manusia yang kuat yang hendak menelan dan memusnahkan kaum yang lemah. Berjuang mengembalikan perjalanan seluruh isi alam ini kepada garis-ketentuan kekal, harmoni dan abadi.

Muslim dan Mu’min memantangkan dan mengharamkan dirinya tinggal diam menonton kezaliman, penghisapan oleh manusia atas manusia, pemerasan dan penindasan dari golongan yang kuat berkuasa atas golongan yang lemah, sijelata yang papa.

Hanyalah Iman yang sudah kering dan Tauhid yang sudah layu, yang tidak ambil peduli dengan segala kezaliman dan kesewenang-wenangan.

Iman yang sudah kering dan Tauhid yang sudah layu, itulah tanda dan alamat kemusnahan dan keruntuhan yang pasti tibanya kepada kaum Muslimin.

Jiwa yang segan berjuang, enggan berkurban, takut kulit terkelupas, takut kematian, cinta dunia dan benda, diperhamba oleh dunia dan benda, segala itu adalah alamat telah lenyapnya kuasa Iman dari dada manusia.

Mari pembaca saya ajak menikmati ucapan Sayid Abdurrahman Al-Kawakiby memesankan amanat jihad kepada sahabat-perjuangannya untuk menentang imperialisme Barat, yang dirangkainya dalam bukunya Thabaai’ul Istabdaad :

Wahai bangsaku !

Semoga Tuhan menjauhkan kamu sekalian daripada siksa dan bencana.

Mudah-mudahan Ia melimpahkan kecerdasan kepadamu untuk kehidupan terang mendatang.

Sekiranya para penzalim dan penindas bangsa Barat telah membelenggu tanganmu, telah menyesakkan nafasmu dan menyempitnya dadamu, sehingga merendahkan dirimu dan menghinakan kamu dalam pergaulan hidup ini, sehingga engkau tidak tahan lagi, apakah kamu masih hidup atau sudah menjadi bangkai ?

Sudikah kau memberitakan kepadaku ?

Mengapa kamu rela menerima pimpinan kamu yang zalim dan penindas, sehingga kamu dilemparkan kepada maut-kematian ?

Tidakkah kamu berkuasa menentukan pilihan sendiri, agar kamu mati menurut kehendakmu, tidak menurut kemauan kaum penindas dan pemeras ?

Ataukah memang penganiayaan dan penindasan itu kamu kehendaki, sehingga datang kematian kepadamu ?

Demi Allah, tidak sekali-sekali begitu, tidak !

Jika aku rindu kepada kematian, baik dalam kehinaan atau dalam kemuliaan, baik mati biasa atau mati dalam perjuangan, mati dan kematian itu adalah sama dan tidak berbeda.

Mati adalah kemestian, tak guna ditakuti.

Jika aku merindui kematian, datanglah kematian itu hari ini, jangan ditangguhkan sampai besok, dan hendaklah kematian itu ditanganku sendiri, tidak ditangan musuh-musuhku.

Wahai sahabat perjuangan !

Dengan asma Allah aku menyampaikan harapan kepada kamu semua.

Ketahuilah, aku berkata benar kepadamu.

Aku tahu dan mengerti, bahwa kamu tidak ingin Maut karena mencintai Hidup.

Akan tetapi engkau dungu dan bebal. Kami tidak tahu jalan kearah kematian. Kamu lari mengelakkan Maut, padahal kamu menuju kearah itu.

Jikalau kalian mengerti jalan yang benar, tentulah kamu insaf, bahwa lari dari mati adalah kematian yang sejati; dan tak gentar menghadapi Maut adalah Hidup.

Sesungguhnya takut akan kepayahan, akan mengekalkan kita dalam paya kepayahan itu.

Berani menempuh kepayahan dan mengatasi kesulitan, adalah kesenangan dan kegembiraan yang kekal.

Ketahuilah olehmu, wahai bangsaku, sesungguhnya kemerdekaan, bebas dari belenggu dan cengkraman kaum penindas dan pemeras, sehingga kamu merdeka menjalankan segala perintah Ilahy dan menjauhi laranganNya, adalah laksana syajaratulchuldi (pohon yang kekal abadi dalam sorga jannatunna’im), tetapi pohon itu harus disiram dengan tetesan darah pengurbanan.

Adapun perbudakan dan perhambaan, adalah laksana syajaratuzzaqqum (pohon yang kekal dalam neraka jahim); ia harus disiram dengan pengaliran darah kotor, penghinaan dan jiratan leher selama-lamanya.

Alangkah indah, dalam dan tajamnya ucapan pejuang Islam itu !

Ruh jihad dan semangat kurban yang dipupuk oleh ajaran Tauhid; dengan senyum simpul mencari Maut untuk menemani Hidup yang kekal, langsung mendapat kedudukan terhormat disisi Rabbul Jalil, dalam jannah yang dijanjikan dan dicadangkan buat Mu’minin dan Mujahidin.

Kaum Mu’minin telah menjual diri dan hartanya untuk menebus kehidupan yang kekal itu. Jiwanya telah naik terbang meninggalkan duniawy dan materi.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari Mu’minin jiwa dan harta mereka, dengan harga-balasan, bahwa untuk mereka disediakan sorga; tapi hendaklah mereka berjuang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh, itu suatu ketentuan yang dijanjikan, tersebut dalam Taurat, Injil dan Qur-an. Bukankah tidak ada yang sempurna janjinya lebih daripada Allah ? Oleh sebab itu, bergembiralah dengan perjanjian kamu yang janjikan kepadaNya, karena yang demikian adalah bahagia yang besar. ( QS. Al Baraah : 111 )

Wahai Ummat Mu’min !

Apa sebabnya, jika kamu diseru berjuang pada jalan Allah, kamu berat kepada bumi ? Apakah kamu lebih menyukai penghidupan dunia yang rendah ini daripada kehidupan Achirat, padahal penghidupan dunia itu amatlah sedikitnya jika dibandingkan dengan penghidupan Achirat ?

Kalau kamu tidak mau berjuang, Ia akan menurunkan adzab, siksa dan bencana kepadamu, dan Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang tidak serupa dengan kamu, sedangkan kamu tidak kuasa membahayai Dia sedikitpun, karena Allah itu berkuasa atas segala sesuatu.

Berangkatlah dalam keadaan ringan atau berat berjuang dengan harta dan jiwamu dijalan Allah, yang demikian itu adalah baik bagimu, jika kamu tahu.

Orang-orang yang ber-Iman kepada Allah dan Hari Kemudian tidak akan minta tangguh kepadamu untuk mundur daripada berjuang dengan harta dan jiwa mereka, Allah mengetahui orang-orang yang berbakti.

Hanya yang akan minta izin kepadamu yalah orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan Hari Kemudian dan ragu-ragu hati mereka.

Lantaran itu mereka akan bingung dalam keraguan mereka.

( QS. Al-Baraah : 38-39, 41, 44-45 )

Mengapa kamu tidak mau berjuang pada jalan Allah, membela kaum yang lemah, wanita dan pria serta anak-anak (yang karena tak tahan menanggungkan kezaliman) mereka berdu’a kepada Tuhan :

Wahai Tuhan kami ! Keluarkanlah kami dari negeri yang penduduknya zalim ini, dan kirimlah untuk kami langsung daripada Mu Pemimpin dan Pembela kami dalam perjuangan.

( QS. An-Nisa’ : 75 )

Itulah sebagian dari suara Wahyu yang memberi komando kepada Ummat Islam untuk berjuang pada jalan Allah, membela keadilan dan kebenaran, membela kaum yang tertindas dan lemah.

Filosofi Jihad dalam Islam luas maknanya. Keluasan makna Jihad mencakup segala kegiatan dan perjuangan.

Ia bisa meningkat ketaraf Qital (perang) berkuah darah menyabung nyawa, merelakan jiwa berpisah dengan jasad, berpisah ruhani dan jasmani.

Dimedan perang para pejuang hanya mengenal kata-pilihan : binasa atau jaya.

Binasa artinya sorga, dan si Syahid langsung sampai kepangkuan Tuhannya, tidak melalui hisab atau perhitungan. Bau yang harum semerbak dari jannah tempat kaum shalihin itu hinggap keujung hidung para mujahiddin, dan lambaian tangan para bidadari dari taman-firdaus memanggil mereka untuk cepat berangkat kesana, ridla Ilahy menanti, janji Tuhan menunggu dia datang.

Jihad dalam arti yang luas, ialah ketekunan dan kesungguhan berjuang, membela kebenaran dan keadilan dibumi, membela kaum yang lemah dan tertindas, memusnahkan penghisapan dan pemerasan dalam segala bentuknya.

Mengawal dan mengamankan berjalannya Da’wah Islamiyah, melancarkan seruan wahyu keseluruh isi bumi.

Mujahid Islam memulai perjuangan dari dirinya sendiri, melalui riyadlah dan mujahadah, latihan dan kesungguhan, membentuk diri menjadi manusia-teladan bagi segenap manusia lainnya.

Mu’min yang belum merampungkan dalam dirinya, tidak mungkin akan berbuat baik dalam masyarakat bangsanya.

Hanyalah dari manusia yang shaleh akan keluar kreasi yang shaleh pula.

Manusia fasik, bernoda dan durjana, hanya akan menaburkan bencana didunia.

Ruhul Jihad dan ruhul-qurban, itulah tenaga yang menggerakkan segenap Mu’minin dalam mematuhi segenap amar Ilahy, memimpin masyarakat kejalan suci, jalan kebenaran.

Mu’min yang telah merampungkan perjuangan dalam dirinya, meng-Islamkan dirinya, mendapat tugas untuk meluaskan kegiatannya, meng-Islamkan manusia diluar dirinya.

Itulah Alifbata perjuangan yang berhasil : mikro-sistem, bukan makro-sistem.

Sistem yang begitu adalah ajaran Sunnah Ilahy dan Sunnah Nabi.

Mengaji dari Alif, menghitung dari Satu.

Menyusun dari bawah, membersihkan dari atas.

Demikianlah Islam penuntun pemeluknya, mendidik Muslim menjadi pejuang.

Pejuang terhadap dirinya sendiri, menguasai diri sendiri; berjuang dalam masyarakat manusia.

Dihadapinya masyarakat dengan prinsip hidup, keyakinan dan kebenaran.

Keyakinan itu dibelanya dengan segala apa yang dimilikinya, diperjuangkannya dengan segala kesungguhan dan kepenuhan.

Semangat jihad dan jiwa sabil yang dimilikinya, memantangkan dirinya untuk mundur walau setapak. Baginya mundur adalah kematian dan kemusnahan.

Jika niat sudah dipasang, tujuan sudah ditentukan, langkah sudah diayunkan, keadaan sudah diperhitungkan, dia bergerak dan berjuang tiada hentinya.

Esa hilang dua terbilang !, itulah devis pejuang dalam gelanggang.

Memperhitungkan situasi, mengetahui cuaca dan suasana, menyadari kenyataan yang ada.

Pejuang yang sejati, bukan saja hanya memiliki keyakinan, semangat dan ruh berkurban dan berjuang, tetapi juga mengetahui Undang-undang perjuangan dan Undang-undang perhitungan.

Disinilah terletak nilai teori dalam berjuang, Teori merumuskan chiththah perjuangan, meletakkan strategi dan taktik berjuang.

Berjuang tanpa teori, tanpa strategi yang benar, akan menenggelamkan sipejuang itu kelembah politik tambal-sulam dan opportunisme.

Politik tambal sulam yalah memetik hasil-hasil kecil yang dekat, laba sementara; enerzinya habis disitu. Tidak ada kemampuan menciptakan yang asasi, nilai kerja yang seukuran dengan keyakinan perjuangan.

Opportunisme yalah sikap petualangan, halauan perjuangan yang ditentukan oleh gerak angin, kejadian kecil yang terjadi dalam gerak hidup; dia telah menyerah kepada keadaan, menjadi hamba kenyataan.

Amir Syakib Arsalan menyebutkan manusia yang begitu Mustaslim bukan Muslim.

Dihalaman yang lalu kita banyak menggunakan istilah pemikir dan pejuang.

Kedua kata itu kita senafaskan !

Pengalaman masalalu memberi ajaran kepada kita, bahwa banyak terdapat dalam masyarakat kaum Muslimin para pemikir tapi bukan pejuang, dan pejuang bukan pemikir.

Suatu pemikiran yang tidak ada manfa’atnya buat perjuangan, nilainya hanya seharga sampah, hampa. Perjuangan yang tidak dikendalikan oleh pikiran yang jernih dan perhitungan yang matang adalah buta.

Ruh Jihad harus didampingi oleh pemikiran. Semangat Sabil harus disoroti oleh otak Sabil.

Semangat yang meluap-luap yang mau mengepal dunia dan manusia ini dalam tangan sendiri, pasti membawa manusia kepada kalap dan gelap mata; bertindak tanpa perhitungan.

Dia sudah tidak berbuat menurut Sunnah Ilahy dan Sunnah Nabi.

Sunnah Ilahy dan Sunnah Nabi telah menetapkan hukum dan undang-undang perjuangan, hukum dan undang-undang kehidupan, hukum dan undang-undang perhitungan.

Shahibud Da’wah memikul tugas bukan saja menghidupkan ruhul jihad dan ruhul qurban, tetapi memberikan didikan dan pengertian, teori perjuangan dan perhitungan pengurbanan.

Salah satu dari kelemahan perjuangan Ummat Islam sejak puluhan tahun sampai kini yalah, tidak memiliki teori perjuangan dan strategi perjuangan.

Ideologi berjuang tidak disertai teori berjuang, telah membuat kita terkurung dalam lingkaran yang tidak berujung dan berpangkal : disitu-disitu juga, seperti menghesta kain sarung.

Ummat ini harus kita persiapkan bukan saja dalam lapangan semangat, ruh dan jiwa jihad, tapi harus kita persiapkan dengan perlengkapan dan pensyaratan berjuang, tahu membuat perhitungan.

Risalatud Da’wah Islam harus bergerak kearah itu. Mempersiapkan Ummat dengan didikan dengan pengertian, yang menerangi jalan perjuangan.

Mengembalikan ruhul jihad dan ruhul qurban kedalam jantung dan budinya, meningkatkan taraf perjuangan dan memperbesar kemampuan berkurban.

Islam meminta pembelaan dari pemeluknya; keyakinan menuntut pengurbanan.

Kalimatul Haq memanggil segenap Mu’minin dan Mu’minat untuk tanpa-cadangan berjuang menyampaikan dan memperjuangkan dia ditengah-tengah manusia.

Kalimatul Haq itu yang telah membuka daerah dunia yang luas di Timur dan di Barat abad-abad yang silam, karena keperwiraan dan kepahlawanan Juru Da’wah, yang telah mengantarkan seruan Islam sampai ketepi ufuk dunia.

Pahlawan Da’wah yang demikian itu yang dinantikan oleh pemeluk Islam dibumi, yang menghidupkan ruhul jihad dan ruhul qurban dalam jiwa dan sukma Ummat Muhammad SAW.

Mudah-mudahan bertambah banyak didunia golongan angkatan yang digambarkan oleh Nabi dalam Haditsnya :

Akan selalu ada segolongan dari Ummatku yang tegak melahirkan Agama yang benar ini dan tidak merusak kepada mereka penghinaan-penghinaan yang dilancarkan musuh, sehingga datang pembelaan dari Allah.

No comments:

Post a Comment