Tuesday, January 14, 2014

Shahadah atau mati syahid di Jalan Allah

25. SYAHÂDAH [MARTYRDOM] 

Syahâdah artinya kesaksian, yang dimaksud di sini adalah gugur di jalan Allah dalam membela ajaran-Nya. Orang yang berperang di jalan Allah mendambakan kematian karena sangat ingin berjumpa dengan rahmat-Nya, maka  dengan keyakinannya itu orang yang gugur di jalan Allah ‘azza wa jalla disebut syahîd yang artinya orang yang sangat menyaksikan. 
Syahâdah adalah kematian yang terbaik dan kedudukan (maqâm) yang tertinggi di sisi Allah 'azza wa jalla, maka orang-orang yang gugur atau dibunuh di jalan Allah tidak boleh dianggap mati, bahkan mereka hidup di sisi Allah mendapatkan rezeki. Allah yang maha tinggi berfirman (yang terjemahnya):

Dan janganlah kamu katakan bagi orang yang dibunuh di jalan Allah itu amwât (mati), bahkan mereka itu hidup namun kamu tidak merasakan. 



Dan janganlah sekali-kali kamu mengira orang-orang yang dibunuh di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb-nya mereka diberi rezeki. 

Maka orang-orang yang hijrah dan diusir dari negeri-negeri mereka, mereka disakiti di jalan-Ku, mereka berperang dan mereka dibunuh, niscaya Aku hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai pahala di sisi Allah, dan Allah punya pahala yang baik. 

Dan orang-orang yang dibunuh di jalan Allah, maka Dia tidak akan menyesatkan amal-amal mereka. 

Syahâdah Amal yang Paling Tinggi

Beberapa ayat Al-Quran di atas menunjukkan bahwa dibunuh di jalan Allah merupakan amal saleh yang paling tinggi, tidak ada yang lebih tinggi selain itu sehingga amal-amal mereka tidak akan disesatkan, mereka tidak disebut mati, dan dosa-dosa mereka semuanya dihapuskan. 
Di dalam hadîts juga disebutkan bahwa dibunuh di jalan Allah itu merupakan amal saleh yang paling tinggi. Syahâdah juga merupakan kematian yang paling mulia dan tetesan darahnya sangat dicintai Allah, oleh karena itu dibunuh di jalan Allah sangat didambakan oleh orang-orang yang saleh.
   
Dari Al-Sakûni dari Al-Shâdiq dari ayah-ayahnya bah-wa Nabi saw berkata, "Di atas setiap kebaikan ada kebaikan yang lain (yang lebih tinggi) sehingga orang dibunuh di jalan Allah, apabila dia dibunuh di jalan Allah 'azza wa jalla, maka tidak ada lagi kebaikan di atasnya. Dan di atas setiap kedurhakaan ada kedurhakaan yang lain (di atasnya) sehingga orang membunuh salah satu dari kedua orang tuanya, maka apabila dia membuhuh salah seorang dari mereka, maka tidak ada kedurhakaan di atasnya."  
   
Dari Al-Shâdiq as berkata: Rasûlullâh saw berkata, "Kematian yang paling mulia adalah dibunuh sebagai syahîd."  
   
Rasûlullâh saw berkata, "Demi yang diriku di tangan-Nya, sungguh aku sangat mendambakan bahwa aku dibunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan, kemudian dibunuh, kemudian dihidupkan, kemudian dibunuh."  
   
Dari Al-Tsumâli dari ‘Ali bin Al-Husain as beliau ber-kata, "Tidak ada dari tetesan yang lebih dicintai Allah 'azza wa jalla selain dua tetes: Setetes darah di jalan Allah dan setetes air mata di dalam kegelapan malam yang seorang hamba tidak menghendaki dengannya selain Allah azza wa jalla."  
   
Rasûlullâh saw berkata, "Bagi syahîd setiap dosa diampu-ni kecuali utang."  
   
Rasûlullâh saw berkata, "Yang pertama-tama ditumpahkan dari darah syahîd adalah diampuni dosanya semuanya selain utang."  

Abû Ja‘far as berkata, "Setiap dosa dihapus oleh terbunuh di jalan Allah selain utang, sebab utang itu tidak ada penghapusnya selain dibayarnya, atau dibayarkan oleh orang lain atau orang yang punya hak memaafkannya."  

Orang yang Syahîd tidak diuji di Kuburnya

Rasûlullâh saw berkata, "Siapa yang berjumpa dengan musuh sehingga dia dibunuh atau dikalahkan, niscaya dia tidak diuji di dalam kuburnya."  

Nabi saw telah ditanya, "Mengapakah keadaan orang-orang yang beriman diuji di dalam kubur-kubur mereka kecuali syahîd?" Maka beliau berkata, "Telah cukup sebagai ujian dengan kilatan pedang-pedang (musuh) di atas kepalanya."  

Angan-angan Orang yang Gugur di Jalan Allah

Rasûlullâh saw berkata, "Tidak satu jiwa pun yang mati yang mempunyai kebaikan yang menggembirakannya di sisi Allah bahwa dia ingin kembali ke dunia, dan dia tidak tertarik kepada dunia serta isinya selain syahîd, karena dia berangan-angan kembali (ke dunia) lalu dibunuh di dunia, sebab dia melihat keutamaan gugur di jalan Allah."  

Rasûlullâh saw berkata, "Tidak seorang pun yang masuk ke dalam surga, lalu ingin kembali lagi ke dunia yang di atas dunia dia tidak punya sesuatu, selain orang yang syahîd, sebab dia berangan-angan ingin kembali (ke dunia), lalu dibunuh sampai sepuluh kali, karena dia melihat kemuliaan (dalam shahâdah)."  

Rasûlullâh saw berkata, "Tidak satu jiwa pun yang mati yang mempunyai kebaikan yang menggembirakannya di sisi Allah bahwa dia ingin kembali ke dunia, dan bahwa dia (tidak) mempunyai dunia dan apa-apa yang ada padanya selain orang yang syahîd, karena dia berangan-angan ingin kembali ke dunia, lalu dibunuh lagi."  

Orang-orang yang dihukumkan Syahîd

Rasûlullâh saw berkata, "Siapa yang diinginkan hartanya secara tidak benar (dirampok atau dirampas), kemudian dia melawan, lalu dibunuh, maka dia syahîd."  

Rasûlullâh saw berkata, "Siapa yang dibunuh secara zalim karena membela keluarganya, maka dia syahîd, dan siapa yang dibunuh karena berpegang kepada ajaran Allah 'azza wa jalla, maka dia syahîd."   

Rasûlullâh saw berkata, "Siapa yang dibunuh karena penganiayaan terhadapnya, maka dia syahîd."  

Rasûlullâh saw berkata, "Perangilah demi membela hart-mu sehingga hartamu terselamatkan, atau kamu terbunuh, maka kamu menjadi di antara syuhadâ`akhirat."  

Rasûlullâh saw berkata, "Sebaik-baik kematian adalah seseorang mati karena membela haknya."  
   
Ketika Nabi saw melayat ‘Abdullâh bin Rawâhah bersama sahabat-sahabatnya, beliau berkata, "Siapa orang yang syahîd dari ummatku?" Mereka berkata, "Bukankah dia yang dibunuh di jalan Allah yang maju pantang mundur?" Maka Rasûlullâh saw berkata, "Kalau begitu syuhadâ` ummatku sedikit! Yang tergolong syahîd itu adalah orang yang syahîd yang kalian sebutkan (yang terbunuh ketika perang), orang yang terbunuh oleh penyakit tha'ûn (penyakit pes, sampar), orang yang (mati) karena sakit perut, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan (atau tertimbun longsor) dan yang mati tenggelam dan perempuan yang mati bersama." Mereka berkata, "Bagaimana dia mati bersama wahai Rasûlullâh?" Beliau berkata, "Anaknya melintang di dalam perutnya."  
   
Rasûlullâh saw berkata, "Syuhadâ` itu ada lima: Math'ûn (penyakit pes, sampar), mabthûn (sakit perut), yang mati karena tenggelam, yang mati tertimpa reruntuhan dan yang syahîd di jalan Allah (gugur dalam perang dengan musuh Allah)."  

Orang yang Beriman itu Syahîd

Orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang taat kepada Allah, Rasûl-Nya dan Ûlil Amri (Ahlulbait Nabi saw) nilai kematiannya adalah syahâdah walaupun tidak dibunuh di jalan Allah.

Zaid bin Arqam berkata: Al-Husain bin ‘Ali as berka-ta, "Tiada lain para pengikut setia kami itu melainkan shiddîq dan syahîd." Saya berkata, "Bagaimana bisa demikian sementara mereka mati di tempat tidurnya?" Maka beliau berkata, "Tidakkah kamu membaca Kitâb Allah, Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasûl-Nya mereka itulah orang-orang yang membenarkan (shiddîqûn) dan yang menyaksikan (syuhadâ`) di sisi Rabb-nya."   Kemudian beliau as berkata, "Kalaulah tidak ada syahâdah selain orang yang dibunuh dengan pedang, sungguh Allah telah menyedikitkan syuhadâ`."  
   
Dari Minhâl Al-Qashshâb berkata: Saya telah berkata kepada abû ‘Abdillâh as, "Berdoalah kepada Allah agar Dia memberiku syahâdah." Beliau berkata, "Orang mu`min itu syahîd." Kemudian beliau membaca (ayat Al-Quran), Wal ladzî-na ãmanû billâhi wa rusulihi ulâ`ika humush shiddîqûna wasy syuhadâ`i 'inda rabbihim (Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan dan rasûl-rasûl-Nya mereka itu para shiddîq dan syahîd).  

Amîrul Mu`minîn as berkata, "Siapa yang mati di antara kamu di atas tempat tidurnya sedang dia berada di atas ma'rifat kepada hak Rabb-nya dan hak rasûl-Nya serta Ahlulbaitnya, niscaya dia mati dalam keadaan syahîd dan telah dicatat pahalanya di sisi Allah, dan wajib dia mendapatkan apa yang telah diniatkannya dari amal salehnya dan niat itu berdiri di tempat berdiri maksudnya bagi pedangnya (dalam keadaan niat berjihad di jalan Allah sampai akhir hayatnya)."   
   
‘Ali bin Al-Husain as berkata, "Siapa yang mati di atas muwâlâh (kepengikutan) kepada kami pada masa keghaiban qâ`im kami, niscaya Allah memberinya pahala seribu syahîd semisal syuhadâ` Badar dan Uhud."  

Seribu Pukulan dengan Pedang Lebih Enteng…

Jangan takut mati dalam menegakkan yang benar walau resikonya harus dibunuh musuh, karena dibunuh itu mati dan tidak dibunuh pun pasti mati, dan mati karena dibunuh itu sakit dan mati secara natural di atas tempat tidur lebih sakit lagi, oleh karena itu janganlah takut dalam menyuarakan, menyampaikan, menegakkan dan membela yang benar.
   
Amîrul Mu`minîn as berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya kematian itu tidak meluputkan orang yang tinggal, dan tidak dilemahkan ia oleh orang yang melarikan diri, tidak ada jalan melarikan diri dan tidak akan pernah lolos dari kematian, siapa pun yang tidak dibunuh pasti mati, sesungguhnya kematian yang paling utama adalah dibunuh (dijalan Allah), demi yang diri 'Ali dalam genggaman tangan-Nya, sungguh seribu pukulan dengan pedang lebir ringan dari satu kematian di atas tempat tidur."  
   
Amîrul Mu`minîn as berkata, "Sesungguhnya kematian yang paling mulia adalah dibunuh (di jalan Allah), demi yang diri 'Ali bin Abî Thâlib dalam genggaman tangannya, sungguh seribu tebasan dengan pedang lebih ringan atasku dari kematian di atas tempat tidur dalam keadaan tidak taat kepada Allah."  
   
Amîrul Mu`minîn as berkata, "Sesungguhnya kalian jika tidak dibunuh (musuh) pasti mati, demi yang diri 'Ali dalam geng-gaman tangan-Nya, sungguh serubu kali tikaman dengan pedang ke atas kepala lebih enteng dari kematian di atas tempat tidur."  

Al-Ridhâ as ditanya tentang perkataan Amîrul Mu`minîn as, "Sungguh tebasan dengan pedang lebih ringan dari kematian di atas tempat tidur." Beliau as berkata, "Di jalan Allah."  

No comments:

Post a Comment