Ribuan orang mengantarkan jenazah Marwah Al-Sharbini ke tempat
peristirahatannya yang terakhir di kota Alexandria, Mesir waktu
setempat. Ribuan orang itu berjalan mengiringi peti jenazah Marwa yang
mendapat sebutan "martir jilbab".
Kematian Marwa memicu kemarahan
di kalangan komunitas Muslim di Jerman dan Mesir-negara asal
Marwa-tetapi juga komunitas Muslim di berbagai negara. "Tidak ada Tuhan
selain Allah dan orang-orang Jerman adalah musuh Allah," kata seorang
warga Mesir yang ikut mengantarkan jenazah Marwa ke pemakaman.
"Kami
akan membalas kematiannya. Barat, mereka tidak mau mengakui kita. Di
sana ada rasisme," ujar Tarek Al-Sharbini, saudara lelaki Marwa.
Selain
Marwa, suaminya juga menjadi korban dan sekarang masih dalam kondisi
kritis di sebuah rumah sakit Dresden, Jerman. Suami Marwa secara tak
sengaja terkena tembakan aparat saat sang suami mencoba melindungi
istrinya yang diserang dengan senjata tajam oleh pemuda Jerman keturunan
Rusia.
Peristiwa itu terjadi di ruang sidang di kota Dresden,
saat Marwa akan memberikan kesaksian atas kasusnya. Marwa menuntut
pemuda yang juga tetangganya itu ke pengadilan karena menyebutnya
sebagai teroris hanya karena ia mengenakan jilbab. Marwa berada di
Jerman mengikuti suaminya yang sedang melakukan riset dengan biaya
beasiswa.
Menurut kakak lelaki Marwa, aparat mengira suami Marwa
yang melakukan serangan sehingga petugas keamanan pengadilan itu
menembaknya. "Para aparat keamanan itu berpikir, sepanjang orang itu
tidak berambut pirang, maka dialah pelaku serangannya, dan mereka
menembak suami Marwa," kata kakak lelaki Marwa.
Pemuda Jerman
keturunan Rusia yang menyerang Marwa, bernama Alex W, 28, kini mendekam
di penjara dan akan dikenakan tuduhan baru yaitu pembunuhan. Christian
Avenarius, jaksa pengadilan Dresden mengatakan, Alex menusuk Marwa
karena didorong rasa kebencian yang dalam terhadap Islam, karena sejak
awal pengadilan, Alex yang berimigrasi ke Jerman tahun 2003 sudah
mengungkapkan pernyataan-pernyataan anti-Islam dan anti-Muslim.
Dari
wawancara di beberapa media Mesir, keluarga Al-Sharbini di Mesir
mengatakan bahwa pelaku penusukan sudah sering menghina dan melecehkan
Marwa, bahkan pernah mencoba melepas jilbab Marwa. Ibu Marwa, Laila
Shams mengungkapkan, Marwa juga kesulitan mendapat kerja di Jerman
karena ia mengenakan jilbab.
"Suatu kali, Marwa pernah disuruh melepas jilbab jika ingin mendapatkan kerja, tapi Marwa menolaknya," kata sang ibu.
Menanggapi
kasus Marwa, Jubir pemerintah Jerman Thomas Steg mengatakan bahwa
insiden ini berlatar belakang rasial dan pemerintah mengutuk keras
pelakunya. Pemerintah Jerman baru bersuara atas kasus ini, setelah
komunitas Muslim di negara itu mengecam pemerintah dan para politisi di
Jernam yang diam saja atas kasus tersebut.
Menyindir sikap
pemerintah dan para politisi di Jerman, harian independen di Mesir,
El-Shorouk menulis, kalau korbannya Yahudi, barulah dunia gempar.
Seorang bloger Mesir bernama Hicham Maged dalam blognya menulis,"Mari
kita bayangkan, jika kondisinya dibalik, korban adalah orang Barat yang
ditusuk di dunia atau di salah satu negara Timur Tengah oleh seorang
Muslim ekstrim."
Atas insiden yang menimpa Marwa, Asosiasi Farmasi Mesir sudah menyerukan boikot terhadap obat-obatan dari Jerman.
Pemerintah
Mesir belum mengeluarkan pernyataan atas peristiwa yang menimpa warga
negaranya. Belum jelas apakah pemerintahan Husni Mubarak akan menuntut
pemerintah Jerman bertangung jawab atas kasus ini. (ln/aljz/isc)
Monday, February 25, 2013
Ribuan Orang Mengiringi Pemakaman Pahlawan Jilbab
Labels:
martir jilban,
Marwah Al-Sharbini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment